IUUU

Sinergi Zakat Sukses dan Mahasiswa FEB UIII, Program Maggoz Siap Keliling Dunia


Program Maggoz namanya. Sebuah program Budidaya Maggot milik LAZ Zakat Sukses ini berhasil menyita perhatian publik karena keunikan dan inovasinya. Deretan manfaat yang hadir di program tersebut menarik Asosiasi Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis (Ecobiz), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Internasional Indonesia (FEB UIII) untuk memperkenalkan dan mengembangkannya ke kancah internasional.

Direktur LAZ Zakat Sukses Bapak Sunarto Zulkifli lantas menyambut baik niat dan kedatangan Asosiasi Mahasiswa Ecobiz FEB UIII dalam berkolaborasi. Melalui kolaborasi, maka akan melahirkan peningkatan perekonomian masyarakat kedepannya. Sebagai penyelenggara program, LAZ Zakat Sukses begitu terbuka bagi komunitas, universitas, yayasan, sekolah, atau pemerintah sekalipun untuk berkolaborasi demi melahirkan beribu manfaat, salah satunya mengurangi sampah organik.

Manager Program LAZ Zakat Sukses, Muhammad Rizki Akbar mengatakan, dengan adanya Budidaya Maggot ini, mampu menciptakan kegiatan produktif di banyak tempat sehingga dapat mengatasi kesenjangan ekonomi di tengah masyarakat. Hal ini selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) point 8 yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Sebab, melalui program Budidaya Maggot, LAZ Zakat Sukses mampu membuka lapangan pekerjaan sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat tercipta.

“Budidaya Maggot baru dimulai sejak 2022. Saat ini satu mustahik [penerima zakat] di kecamatan Cilodong sudah berhasil. Kita berharap, program ini bisa diduplikasi di kecamatan-kecamatan lain di Kota Depok untuk menciptakan masyarakat yang berdaya dan mengubah dari mustahik menjadi muzakki (pemberi zakat),” ujar Manajer Program LAZ Zakat Sukses saat penyambutan kedatangan Asosiasi Ecobiz FEB UIII.

Salah satu anggota Ecobiz dari Pakistan bernama Sabar Ansari menuturkan, program yang dikembangkan oleh LAZ Zakat Sukses ini sangat layak disebarluaskan di negara-negara berkembang. Pasalnya, program ini memiliki tujuan jelas dan berdampak nyata dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah organik.

“Saya akui program ini sangat bagus dan perlu dikembangkan lebih lanjut karena dapat memberikan efek nyata dalam peningkatan perekonomian warga. Akan lebih menjanjikan bila ada pendampingan sehingga program berkelanjutan,” kata Mahasiswa doktoral bidang ekonomi UIII tersebut.

Menyulap Sampah Organik Menjadi Cuan, Apa Pendapat Ecobiz FEB UIII?

Deputi Eksternal Ecobiz, Shellvy Lukito menambahkan, terdapat nilai strategis dari budidaya maggot yang diciptakan LAZ Zakat Sukses tersebut. Sebab, lewat program inilah sampai organik yang umumnya dibuang percuma dapat disulap menjadi cuan.

“Daripada terbuang percuma, yuk kita rubah hal ini menjadi lebih faedah dan menghasilkan banyak cuan kedepannya, ” tuturnya menambahkan.

Adanya program ini juga mampu membantu Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLKH) Depok dalam menanggulangi sampah di kota. Sebagaimana yang dirilis DLHK Depok pada tahun 2022, ada sekitar 1.000 ton sampah per harinya yang berasal dari rumah tangga dan pasar tradisional. Artinya, permasalahan sampah ini cukup serius bila kita hanya mengandalkan DLHK. Diperlukan berbagai pihak untuk bergotong royong dan bersatu menanggulangi permasalahan sampah di Kota Depok.

Dilansir dari OJK dan Asosiasi BSF Indonesia, potensi ekonomi peternakan maggot mencapai Rp6.39 triliun per tahun. Selain itu, potensi ini juga mampu mengikat hingga 1.53 juta sumber daya manusia (SDM). Dari data tersebut dipaparkan, nilai potensi ini terdiri dari maggot hidup Rp1.28 triliun per tahun, pupuk cair maggot Rp3.83 triliun per tahun, dan pupuk kandang maggot Rp1.28 triliun per tahun.

Sebagai informasi tambahan, selain membudidayakan maggot, LAZ Zakat Sukses juga mengembangkan hewan ternak lain seperti ayam dan ikan lele. Hasil dari maggot ini kemudian diberikan menjadi pakan ayam dan ikan sehingga mampu menghasilkan sumber protein berkualitas tinggi. Dalam sehari, peternakan ayam petelur di LAZ Zakat Sukses mampu menghasilkan sebanyak 20 butir telur.

Author