Akankah Kiamat Terjadi Jika Palestina Merdeka? Ini Penjelasan Terlengkap

 

Kiamat adalah peristiwa akhir dari seluruh kehidupan di bumi dan langit yang hanya Allah SWT yang mengetahui kapan waktunya akan datang. Tidak ada seorang pun yang bisa meramalkan atau menentukan kapan kiamat akan terjadi, termasuk Rasulullah SAW. Lalu, mengapa kemerdekaan Palestina sering dikaitkan dengan tanda-tanda terjadinya hari kiamat? Ternyata, hal itu datang dari beberapa hadits tentang tanda-tanda hari kiamat dan turunnya khilafah di Baitul Maqdis berikut ini.

Hadits-hadits tentang Palestina dan Tanda-Tanda Hari Kiamat

Hadits pertama yaitu hadits dari Auf bin Malik, Rasulullah bersabda: “Ingatlah enam tanda-tanda kiamat: (1) kematianku (wafatnya Rasulullah), (2) penaklukan Baitul Maqdis, (3) kematian secara serentak seperti wabah (yang menyerang) domba, (4) harta melimpah sehingga seseorang merasa tidak puas jika hanya diberi 100 dinar, (5) muncul malapetaka yang menimpa seluruh manusia, dan (6) perjanjian damai antara kalian dengan Bani Ashfar, lalu mereka mengkhianati perjanjian ini sehingga mereka menyerang kalian dengan membawa 80 bendera, setiap bendera berjumlah 12.000 pasukan.”

(HR Bukhari, Ahmad, & Thabrani dari Shahiih al-Bukhari kitab ar-Riqaaq bab Qaulin Nabiyyi Bu’itstu was Saa’atu ka Haataini dari Sahl (XI/347, al-Fath))

Hadits di atas menjelaskan tentang tanda-tanda kiamat kecil bukan merupakan tanda-tanda kiamat besar. Adapun sebagian dari tanda-tanda tersebut telah terjadi seperti wafatnya Rasulullah SAW dan penaklukan baitul maqdis yang terjadi pada masa khalifah Umar bin Khattab.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, wilayah Baitul Maqdis (Yerusalem) berhasil dikuasai oleh kaum Muslimin tepatnya pada tahun 16 Hijriah pada tahun 637 Masehi. Umar sendiri datang ke kota itu dan menandatangani perjanjian damai dengan penduduk Kristen dan Yahudi yang ada di sana. Umar juga membersihkan tempat yang menjadi Masjid Al-Aqsha dari sampah dan kotoran yang ditumpuk oleh orang-orang sebelumnya. Umar kemudian membangun sebuah masjid sederhana di dekat Kubah Shakhrah, yang merupakan arah kiblat pertama bagi umat Islam.

Maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hadits di atas bukan penaklukan Baitul Maqdis (Palestina) atas penjajahan Israel. Hadits tersebut juga tidak bisa dijadikan landasan untuk tanda-tanda kiamat besar yang akan terjadi, melainkan tanda-tanda kiamat kecil yang telah terjadi.

Hadits kedua diriwayatkan oleh Abu Dawud, “Kami diberitahu oleh Ahmad bin Salih, yang diberitahu oleh Asad bin Musa, yang diberitahu oleh Muawiyah bin Salih, yang memberi tahu saya, bahwa Ibn Zughb al-Iyadi mengisahkan kepada saya, ia berkata:

‘Abdullah bin Hawala al-Azdi datang kepadaku dan berkata: ‘Rasulullah SAW mengutus kami untuk menjarah dengan harapan mendapatkan harta rampasan, tetapi kami kembali tanpa berhasil mendapatkan apa pun. Kemudian, Rasulullah SAW melihat kelelahan yang terpancar di wajah kami, lalu berdiri di tengah-tengah kami dan berdoa:

‘Ya Allah, janganlah Engkau menimpakan beban kepada mereka yang mereka tidak sanggup memikulnya. Dan janganlah Engkau menimpakan beban kepada diri mereka sendiri sehingga mereka menjadi lemah. Dan janganlah Engkau menyerahkan mereka kepada orang-orang lain sehingga orang lain akan memanfaatkan mereka.’

Kemudian, Rasulullah SAW meletakkan tangannya di atas kepalaku, atau dia mungkin mengatakan ‘hamah’ (leher/kepala), lalu dia berkata: ‘Wahai Ibn Hawala, ketika kamu melihat khilafah telah turun ke Baitul Maqdis (Yerusalem), maka saat itu akan mendekat gempa bumi, bencana besar, dan masalah besar. Pada hari itu, saat Kiamat akan lebih dekat bagi manusia daripada jarak ini antara tanganku dan kepalamu.’ Abu Dawud berkata: ‘Abdullah bin Hawala adalah dari Homs.’” (HR. Abu Dawud).

Dalam buku Syarh Sunan Abi Dawud, Ibnu Ruslan menerangkan bahwa Abdullah bin Hawala al-Azdi, yang disebut dalam hadits tersebut, mengalami dua periode kekhalifahan. Pertama, di bawah Muawiyah bin Abi Sufyan di Yerusalem (Baitul Maqdis) yang dimulai pada tahun 41 Hijriah. Kedua, di bawah Abdul Malik bin Marwan di Damaskus (Syam) yang dimulai pada tahun 80 Hijriah. Selama hidup di dua periode ini, Abdullah bin Hawala menjadi saksi langsung dari apa yang disampaikan dalam hadits, yaitu banyaknya gempa bumi yang meruntuhkan gedung-gedung tinggi.

Menurut catatan Syekh Syuaib Al-Arnaout, hadits ini dianggap tidak kuat. Hal ini didukung juga oleh pendapat para perawi hadits yang tidak yakin dengan hadits ini. Muawiyah bin Salih, yang termasuk dalam sanad hadits ini, memang dikenal sebagai perawi yang cukup baik, tetapi beberapa hadits Nabi SAW. yang ia sampaikan masih dipertanyakan.

Alasan lain dari ketidakpercayaan terhadap hadits ini adalah ketidakjelasan status Abdullah bin Zughb (atau Zughb bin Abdullah) dalam sanad hadits ini. Ketidakjelasan ini menimbulkan keraguan tentang kebenaran hadits di antara ulama. Hal ini juga diperkuat dengan ulama hadits yang menilainya sebagai perawi yang kurang terkenal dan tidak dapat dipercaya.

Kesimpulan Hadits Tentang Kemerdekaan Palestina dan Datangnya Hari Kiamat

Palestina adalah sebuah negara yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya pada 15 November 1988 di Aljir. Namun, Palestina kembali berada di bawah penjajahan Israel yang terus melakukan agresi dan pelanggaran hak asasi manusia. Saat ini Palestina mendapatkan dukungan dari banyak negara, termasuk Indonesia, yang mengakui hak rakyat Palestina sesuai amanat Pembukaan UUD 1945 atas penentuan nasibnya sendiri, kemerdekaan nasional, dan kedaulatan negaranya. Namun sayang, belum ada gencatan senjata dan perjanjian damai antara Palestina dengan Israel hingga saat ini. Sehingga kemerdekaan Palestina belum kunjung terlihat.

Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan hadits-hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara kemerdekaan Palestina dan kiamat. Kemerdekaan Palestina adalah sebuah tujuan yang harus diperjuangkan oleh umat Islam dan seluruh umat manusia yang mencintai perdamaian dan keadilan. Sedangkan kiamat adalah sebuah rahasia Allah SWT yang tidak bisa diungkap oleh siapa pun. Kita harus selalu bersiap-siap menghadapi kiamat dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

Kiamat juga disebut sebagai kiamat kubra, untuk membedakannya dengan kiamat sugra, yaitu kematian setiap individu. Sebagai orang mukmin, kita harus meyakini bahwa kiamat pasti akan terjadi, yaitu hari di mana semua manusia dan makhluk akan dibangkitkan dan diadili oleh Allah SWT. Namun, kiamat adalah rahasia Allah yang tidak bisa diungkap oleh siapapun termasuk para nabi dan malaikat tidak ada satupun yang tahu. Kiamat memiliki banyak tanda-tanda yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, tetapi urutan dan waktunya tidak pasti. Maka ketika ditanya tentang hal ini, Rasulullah SAW. selalu mengembalikannya kepada Allah swt., “Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat.” (Fushilat: 47)

Benarkah Banyak Orang yang Enggan Menolong Palestina Karena Takut Kiamat?

Banyak yang beranggapan bahwa banyak orang tidak mau menolong Palestina karena hadits yang menerangkan tentang tanda kiamat di atas. Namun, tidak ada bukti yang kuat bahwa banyak orang yang enggan menolong Palestina karena takut dengan terjadinya kiamat. Sebaliknya, banyak orang yang berusaha membantu Palestina dengan berbagai cara, seperti memberikan bantuan kemanusiaan, melakukan aksi solidaritas, dan menyuarakan keadilan.

Kemerdekaan Palestina adalah sebuah tujuan yang harus diperjuangkan oleh umat Islam dan seluruh umat manusia yang mencintai perdamaian dan keadilan. Di samping itu, kita harus selalu bersiap-siap menghadapi kiamat dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Seperti memperbanyak ibadah dan sedekah untuk bekal di akhirat. Mari terus berikan doa dan dukungan untuk Palestina agar dapat meraih kemerdekaannya dengan berdonasi melalui tombol di bawah ini.

PEDULI KEMANUSIAAN PALESTINA, DONASI SEKARANG

Author